Literasi Digital ASN: Dari Regulasi Menuju Reformasi di Era Digital

1. Digitalisasi Birokrasi Bukan Lagi Sekadar Narasi

Transformasi digital di lingkungan pemerintahan kini menjadi keniscayaan. Setelah Presiden menerbitkan Perpres No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), seluruh instansi pemerintah wajib menerapkan tata kelola berbasis digital. Namun, meskipun arah kebijakan sudah jelas, implementasi di tingkat pelaksana masih menemui banyak hambatan.

Banyak ASN belum siap menghadapi ekosistem digital secara utuh. Tanpa literasi digital yang memadai, berbagai teknologi canggih hanya akan menjadi formalitas. Maka dari itu, pemerintah perlu menjadikan literasi digital sebagai fondasi utama untuk mendorong keberhasilan reformasi birokrasi digital.

2. Literasi Digital Bagi ASN Bukan Sekadar Bisa Mengoperasikan Gadget

Memahami literasi digital tidak cukup dengan sekadar mengetahui cara menggunakan komputer atau ponsel pintar. Dalam konteks ASN, literasi digital mencakup tiga elemen penting:

  • Digital Skills: Kemampuan menggunakan aplikasi kerja seperti SRIKANDI, e-Kinerja, atau SPAN.
  • Digital Mindset: Pola pikir yang terbuka terhadap inovasi teknologi.
  • Digital Ethics & Security: Kesadaran menjaga keamanan data, etika dalam menyebarkan informasi, serta perlindungan privasi digital.

Ketiga aspek ini harus saling mendukung agar ASN tidak hanya sekadar menjalankan teknologi, tetapi juga mampu berinovasi dan berkontribusi aktif dalam reformasi digital.

3. Tantangan Bukan Hanya Soal Umur, Tapi Pola Belajar

Sebagian besar orang berasumsi bahwa kesenjangan literasi digital terjadi karena perbedaan usia. Padahal, kenyataannya lebih kompleks. Banyak ASN muda aktif di media sosial, tetapi belum terbiasa membaca data atau menyusun laporan digital yang terstruktur. Sebaliknya, ASN senior sering kali bersemangat belajar, tetapi terkendala oleh terbatasnya pelatihan yang kontekstual.

Sayangnya, pelatihan yang diberikan sering kali bersifat seragam. Padahal, kebutuhan setiap fungsi kerja ASN sangat berbeda. Pelatihan untuk ASN keuangan tentu berbeda dengan ASN pelayanan publik.

4. Literasi Digital Harus Relevan dengan Tugas dan Dinilai Secara Nyata

Pemerintah seharusnya tidak hanya menambah jumlah pelatihan, tetapi mendesain pelatihan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi ASN. Misalnya:

  • ASN bidang perencanaan memerlukan pelatihan dashboard BI, visualisasi data, dan pengambilan keputusan berbasis data.
  • ASN pelayanan publik akan lebih terbantu dengan pelatihan omnichannel service, CRM, dan manajemen media sosial instansi.
  • ASN arsiparis membutuhkan pelatihan digital archiving dan otomasi arsip menggunakan SRIKANDI.

Selain itu, literasi digital wajib masuk dalam indikator kinerja ASN, bukan hanya sebagai formalitas sertifikat.

5. Libatkan ASN Saat Merancang Sistem Digital

Banyak sistem digital instansi dianggap tidak praktis oleh penggunanya. Salah satu penyebab utamanya adalah proses desain yang terlalu top-down. Oleh sebab itu, pelibatan ASN dalam tahap co-design dan design thinking akan membuat sistem lebih sesuai dengan kebutuhan riil mereka.

Dengan melibatkan ASN dalam pengembangan sistem, mereka akan merasa memiliki dan lebih termotivasi untuk menggunakannya. Proses ini sekaligus meningkatkan literasi digital secara aktif dan alami.

6. Belajar dari Daerah yang Sudah Maju

Beberapa pemerintah daerah telah membuktikan bahwa literasi digital ASN bisa ditingkatkan dengan strategi yang tepat. Sebagai contoh:

  • Jawa Barat, melalui Jabar Digital Service, memberikan pelatihan berbasis kebutuhan nyata ASN, mulai dari komunikasi digital hingga keamanan siber.
  • Banyuwangi mengaitkan insentif dan promosi jabatan dengan penggunaan dashboard dan pelayanan berbasis data.

Dari contoh tersebut, kita bisa melihat bahwa dukungan ekosistem yang apresiatif dan terarah sangat berpengaruh terhadap peningkatan literasi digital.

7. Mewujudkan ASN Digital yang Adaptif, Produktif, dan Beretika

Transformasi digital bukan hanya soal perangkat lunak, tetapi juga tentang perubahan budaya kerja. Literasi digital yang ideal harus menciptakan lingkungan kerja yang transparan, kolaboratif, dan berorientasi data. ASN yang memiliki literasi digital mumpuni akan lebih mudah beradaptasi dan berkontribusi sebagai agen perubahan.

Untuk itu, literasi digital perlu dikenalkan sejak masa orientasi ASN, ditingkatkan melalui pelatihan yang kontekstual, serta diukur melalui output kerja yang terukur.

🎯 Ingin Jadi ASN Unggul di Era Digital? Ini Saatnya!
BTW Academy Jakarta hadir sebagai mitra terbaik untuk mempersiapkan kalian lolos seleksi sekolah kedinasan dengan pendekatan modern dan digital-ready.

💼 Pilihan program kami dirancang sesuai kebutuhan:
🔹 SKD Intensif & Reguler
🔹 Pelatihan Wawancara dan Psikotest
🔹 Tryout Real Time + Modul Digital Interaktif

📆 Kelas Dimulai Juli 2025
📞 WA : 0852-1555-6668
📸 Instagram : @btw_academy_jakarta
🎵 TikTok : @btwacademyjakarta
🌐 Website : btwedutech.com btw.skillnation.id
📍 The Wayang Office Plaza Lt.3, Kav. B-C, Jl. Kedondong Raya No.5A, RT.11/RW.9, Rawamangun, Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13220.

#BeTheWinner dan Wujudkan Impian Jadi ASN Sekarang Juga!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *